
Washington D.C./Tel Aviv, 21 Juni 2025 — Pemerintah Amerika Serikat secara resmi mengerahkan kekuatan militer tambahan ke kawasan Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Pentagon mengonfirmasi bahwa satu gugus tempur kapal induk dan sejumlah pesawat tempur F-35 serta pesawat pengintai telah dikirim untuk memperkuat kehadiran AS di wilayah tersebut.
Langkah ini diambil setelah Israel meluncurkan serangan udara intensif ke sejumlah fasilitas strategis Iran, menyusul dugaan serangan rudal dari wilayah Iran ke utara Israel yang menewaskan sejumlah warga sipil. Situasi yang memanas tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi pecahnya konflik regional skala penuh yang dapat melibatkan kekuatan besar dunia.
Gugus Tempur USS Dwight D. Eisenhower Dikerahkan
Menurut juru bicara Departemen Pertahanan AS, Brigjen Patrick Ryder, kapal induk USS Dwight D. Eisenhower beserta kelompok tempurnya yang terdiri dari kapal perusak dan kapal penjelajah telah berlayar ke wilayah Laut Arab. Mereka akan bergabung dengan satuan militer AS yang telah berada di kawasan Teluk sejak awal tahun.
“Pengiriman kekuatan ini bertujuan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan melindungi kepentingan strategis Amerika di kawasan,” kata Ryder dalam konferensi pers di Pentagon.
Selain kapal induk, sejumlah jet tempur siluman F-35 dan F-15E juga dikerahkan ke pangkalan AS di Qatar dan Uni Emirat Arab. Drone pengintai Global Hawk juga dikirim untuk memantau pergerakan pasukan Iran dan sekutunya di Suriah, Irak, dan Lebanon.
Dukungan Terbuka ke Israel
Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya di Gedung Putih menegaskan bahwa Amerika Serikat tetap berkomitmen pada keamanan Israel.
“Kami tidak mencari perang, tapi kami tidak akan membiarkan sekutu kami diserang tanpa konsekuensi,” ujar Biden.
Ia juga menyebut bahwa AS akan bekerja sama dengan mitra internasional untuk meredakan ketegangan, namun menekankan bahwa “opsi militer tetap tersedia” jika Iran melakukan tindakan agresif lebih lanjut.
Iran Peringatkan AS
Sebagai respons, Teheran memperingatkan bahwa kehadiran militer AS hanya akan memperkeruh situasi dan menjadikan pasukan Amerika sebagai “target sah” jika konflik meluas. Juru bicara militer Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, mengatakan:
“Kami tidak mencari konfrontasi dengan AS, tapi jika mereka ikut campur dalam urusan kami dengan Israel, kami akan bertindak tegas dan menyakitkan.”
Iran juga mulai meningkatkan kesiagaan di perbatasan barat dan memperkuat pangkalan militer di Suriah.
Dunia Cemas, Harga Minyak Melonjak
Meningkatnya ketegangan ini berdampak langsung pada pasar global. Harga minyak mentah melonjak hingga 7% dalam sehari, dan pasar saham Asia serta Eropa melemah akibat kekhawatiran akan terganggunya jalur perdagangan di Selat Hormuz.
Negara–negara Eropa mendesak agar Dewan Keamanan PBB segera bersidang darurat untuk mencegah konflik terbuka, sementara Sekjen PBB António Guterres menyatakan “keprihatinan mendalam” dan menyerukan gencatan senjata segera.
Dengan eskalasi yang terjadi hampir setiap jam, dunia kini menunggu apakah AS akan menjadi penengah atau justru terlibat langsung dalam perang yang bisa mengguncang stabilitas global.